Edelweiss, Edelweiss
Every morning you greet me
Small and white, clean and bright
You look happy to meet me
Blossom of snow may you bloom and grow
Bloom and grow forever
Edelweiss, Edelweiss
Bless my homeland forever
Itulah lirik salah satu lagu tentang bunga cinta abadi 'Edelweiss' dari film musikal yang telah menjadi klasik 'Sound of Music'. Saya lebih dahulu mengenal lagu ini dari film yang dahulu sekali pernah diputar di TVRI dari pada bunga Edelweiss yang sesungguhnya. Lagu yang sangat mengesankan karena terasa begitu romantis mengenai bunga Senduro, nama Jawa bunga ini.
Ada banyak species Edelweiss dengan warna bunga kuning, putih dan ungu dengan bentuk bebungaan yang sedikit berbeda beda. Karena hanya tumbuh di tempat yang berhawa dingin, Edelweiss di Jawa tumbuh di hampir semua pegunungan pada ketinggian di atas 2000 mdpl.
Sebetulnya si Anaphalis javanica demikian nama latin Edelweiss Jawa ini adalah tanaman perintis. Tanaman yang mengawali hidup pada lahan yang terpangkas, tandus dan miskin unsur hara berbarengan dengan tanaman lumut, rumput dan paku pakuan. Aspek simbol romantis bunga ini seakan menutupi watak pelopor dan tangguhnya tanaman ini. Bahkan ada yang menemukan tanaman ini bukan hanya di pegunungan tapi di tebing tebing curam jalan lingkar dengan morfologi yang kurus karena perbedaan suhu, kelembapan, ketinggian, cahaya dan nutrisi di tempat yang bukan habitat aslinya.
Di pegunungan selain kita temukan di padang rumput juga kita temukan di gigir tebing itu karena akarnya kuat mampu menembus dinding bebatuan sehingga tanaman ini kadang sukar dijangkau tangan jahil. Di tempat yang sesuai dan subur tanaman ini mampu tumbuh seperti bunga karang yang indah dengan tinggi hingga 1 meter.
Begitulah sang Edelweiss Jawa yang cenderung menjadi tanaman langka akibat perburuan yang tidak bertanggung jawab karena mengemban simbol asmara abadi tanpa dilihat sebagai sang pioneer bahkan si pelindung lahan yang kritis.
No comments:
Post a Comment