Friday, November 15, 2024

Punden Mbah Ageng Paleh

Di kampung halaman Mojo Wetan, Sragen memiliki dua punden desa yaitu Mbah Ageng Paleh dan Mbah Krandah. Namun kami lebih dekat dengan Mbah Paleh yang letaknya di ujung jalan depan rumah sisi barat pas tembok berpintu merah milik PG Mojo. Sekarang pintu ini ditutup sehingga jalan itu menjadi buntu. Tepat disebelah kanan pintu itu ada gang kecil ke utara masuk sedikit saja akan ditemui pohon besar yang dibawahnya terdapat nisan makam Mbah Ageng Paleh. 
Punden ini dikelilingi pagar tembok pabrik dan rumah warga hingga secara teknis punden ini berada dekat sekali dengan area pabrik Gula Mojo. Dahulu kala pagar tembok itu mungkin tidak ada sehingga pohon besar dan makam Mbah Paleh ini berada di depan pabrik. Ada sebagian karyawan keturunan Tionghoa yang melaksanakan tradisi ritual Ceng Beng di makam Mbah Paleh. Ceng Beng sendiri adalah ritual penghormatan terhadap leluhur dan telah berusia ribuan tahun. Pada gilirannya tradisi Ceng Beng ini berasimilasi dengan tradisi 'metik pari' yang dalam konteks PG Mojo adalah panen pertama berupa sepasang pohon tebu yang di anggap sebagai tebu pengantin. Pada hari ritual di makam Mbah Paleh ini malam harinya digelar pertunjukan wayang kulit. Dari sinilah kemudian perayaan selamatan tebu pengantin itu namanya berubah menjadi Cembengan. Kini kita lebih mengenalnya sebagai even pasar malam yang merayakan awal giling atau produksi pabrik gula.






No comments:

Post a Comment