SELASAR

LATAR BELAKANG
Pada mulanya adalah ketertarikan saya pada nilai dokumentasi, pengetahuan dan nilai artistik yang ada pada photografi dan film film dokumenter. Kemudian mengkoleksi film dokumenter dan media cetak terutama National Geographic menjadi kegemaran. Saya menangkap spirit dan dedikasi yang luar biasa pada pelaku pelaku dokumentasi yang dalam proses penciptaannya kadang mengalami kesulitan besar hingga memerlukan kecerdasan pengelolaan masalah dan kesabaran. Dan yang mereka hasilkan kemudian adalah sebuah karya dokumentasi yang luar biasa.

Semua itu menginspirasi saya untuk melakukan dokumentasi dengan semangat yang sama. Yaitu dengan merekam kejadian, peristiwa atau sekedar setting lokasi dan benda-benda dengan bobot informasi yang baik lewat media gambar / drawing.   
Melalui pendekatan artistik yang baik akan lebih menyentuh pada segi segi terdalam bahkan ada kemungkinan terbuka celah pada penafsiran lebih lanjut. Bukankah satu gambar bisa melahirkan seribu kata kata?

Konsep dasarnya adalah dokumentasi, dengan mengangkat tema berupa gaya hidup, adat kebiasaan, produk budaya atau tanda yang kemungkinan  sedang mengalami  perubahan dan sedang terjadi,  aktualitasnya dalam kolam kehidupannya serta relevansinya dalam hubungannya dengan pergaulan budaya yang saling berpengaruh.

Wacana demikian secara otomatis akan melahirkan tuntutan pada aspek aktualitas sehingga obyektifitas bentuk yang realistik figurative menjadi keharusan , demikian juga masalah kejelasan pada setting lokasi. Tuntutan narasi menjadi menguat sehinggga diperlukan eksplorasi bahkan investigasi, karena pada akhirnya drawing juga mengandung bobot jurnalistik. Oleh karena memang seperti itulah yang menjadi tujuannya maka gambar atau drawing ini disebut sebagai Gambar Dokumenter (meminjam peristilahan yang lazim pada dunia film).

Sifat dokumentatif ini menjadi kepuasan batin saya pada aspek media rekam yang mengandung narasi pengetahuan secara visual sehingga menjadi wujud bagi kecintaan saya pada ilmu pengetahuan. Sebuah bentuk seni yang berbeda dengan bentuk karya seni lukis saya yang lebih simbolik kontemplatif dan imajinatif.

FUNGSI
Gambar dan sketsa ini adalah bagian dari cara saya untuk melakukan observasi atas objek objek yang saya anggap menjadi tanda atas gejala, kondisi atau peristiwa yang terjadi atau ada di suatu tempat. Hasil dari observasi ini kemudian menjadi bahan untuk karya artwork atau bahkan bisa menjadi karya sendiri yang otonom. 

METODE
Dengan meminjam cara seorang anthropolog visual yang mengumpulkan data atas objek penelitian lewat rekaman gambar yang menggunakan sketsa atau kamera. Metode antropologi visual termasuk pengambilan foto, penggunaan gambar untuk merangsang refleksi yang relevan secara budaya dari informan. Hasil akhirnya adalah narasi (film, video, esai foto) yang mengkomunikasikan kejadian khas dari sebuah adegan budaya. https://www.greelane.com/id/sains-teknologi-matematika/ilmu-sosial/visual-anthropology-introduction-4153066

MEDIA
Rata rata memakai kertas dengan ukuran kurang lebih A 4, dengan alat gambar ballpoint, charcoal. Media ballpoint mempunyai tantangan tersendiri karena seutuhnya dalam menciptakan gradasi gelap terang adalah berupa goresan garis-garis bukan gosokan atau dusel seperti pada charcoal atau pensil.
Karena bentuk figur semata berasal dari jalinan garis maka dibutuhkan perencanaan yang cermat dan kepekaan mengatur arah dan tekanan guratan. Selain itu bolpoint tidak bisa dihapus tapi memiliki fungsi sangat praktis karena tanpa meraut sehingga proses pengerjaan tidak sesekali terhenti.
Ballpoint pen pada dasarnya dibuat sebagai alat tulis, pemakaian alat tulis sebagai media menggambar mengandung semiotika catatan atau menandai, merekam.

FORMAT
Kadang terdiri dua panel atau hanya tunggal. Pada 2 panel dimaksudkan untuk lebih menekankan pesan dan nilai informasi.